glossymenu, .glossymenu li ul{ list-style-type: none; margin: 0; padding: 0; width: 185px; /*WIDTH OF MAIN MENU ITEMS*/ border: 1px solid black; } .glossymenu li{ position: relative; } .glossymenu li a{ background: white url('http://kendhin.890m.com/blog/vertical/blue2.gif') repeat-x bottom left; font: bold 12px Verdana, Helvetica, sans-serif; color: white; display: block; width: auto; padding: 5px 0; padding-left: 10px; text-decoration: none; } .glossymenu li ul{ position: absolute; width: 190px; left: 0; top: 0; display: none; } .glossymenu li ul li{ float: left; } .glossymenu li ul a{ width: 180px; } .glossymenu li a:visited, .glossymenu li a:active{ color: white; } .glossymenu li a:hover{ background-image: url('http://kendhin.890m.com/blog/vertical/blue2.gif'); } * html .glossymenu li { float: left; height: 1%; } * html .glossymenu li a { height: 1%; } #trik_pojok { position:fixed;_position:absolute;top:0px; right:0px; clip:inherit; _top:expression(document.documentElement.scrollTop+ document.documentElement.clientHeight-this.clientHeight); _left:expression(document.documentElement.scrollLeft+ document.documentElement.clientWidth - offsetWidth); }

selamat datang di blog jefri gunawan

Senin, 27 September 2010

Sains & Teknologi
"Selamat Ulang Tahun, Google!"
Hari ini, 27 September 2010, Google menginjak usianya yang ke 12 tahun.
Senin, 27 September 2010, 15:44 WIB
Muhammad Chandrataruna

Logo Google ketika menginjak usia 12 tahun (Google.com)

VIVAnews - Hari ini, 27 September 2010, Google merayakan ulang tahunnya ke-12. Meskipun tanggal tepatnya selalu menjadi misteri, tetapi Google selalu merayakan hari jadinya setiap tanggal 27 September.

Meski tak terlalu mewah, Google menandai hari jadinya pada seluruh pengguna Internet di seluruh dunia dengan logo kue ulang tahun beserta lilinnya pada laman depan Google.com, baik website global maupun lokal.

Namun, menarik diketahui, kue ulang tahun yang terpampang di laman depan Google ternyata dilukis oleh seniman asal Amerika Serikat, Wayne Thiebaud, pria berusia 89 tahun, cukup terkenal sebagai seorang pelukis kue, kue kering, sepatu bot, toilet, dan lipstik.

Walaupun karya-karya besarnya sempat beredar di era 50-an dan 60-an, Thiebaud masih aktif sampai hari ini. Dia selalu dikatikan dengan gerakan seni pop karena gaya lukis dan ketertarikannya yang menyinggung budaya masyarakat.

Perayaan hari jadi Google sampai hari ini masih menjadi debat. Raksasa Internet asal California itu selalu merayakan ulang tahunnya pada tanggal 7 September dan 27 September setiap tahunnya. Aneh, tapi itulah yang terjadi selama 12 tahun setidaknya sampai tahun 2010.

Jika kita menelusuri apa yang terjadi pada 12 tahun silam, tanggal 4 September, Google beralih menjadi Google Incorporated. Bisa jadi, tanggal 7 September menjadi hari jadi Google yang resmi bagi segelintir orang.

Pada 15 September 1998, domain Google.com didaftarkan. Beberapa tahun setelahnya, tanggal 27 September selalu dianggap sebagai hari jadi Google yang resmi dan nampaknya akan terus demikian. (Softpedia)
• VIVAnews

Minggu, 26 September 2010

Ekonomi Kreatif Indonesia: Sebuah Perang Citra October 5, 2008 | Article | 15 Beberapa waktu yang lalu penulis menggunakan kereta api ke luar kota. Hal yang menarik pada interior kereta api adalah, seluruh sandaran kepala dari kursi dilapis kain penutup dengan muatan pesan dari Departemen Perdagangan RI. Pada bagian belakang dari kain sandaran kepala itu tertera tulisan “Memakai Produk Sendiri Bukti Kemandirian Bangsa”. Di bawah tulisan itu terlihat gambar dua orang – lelaki dan perempuan (sejenis patung loro-blonyo) – dengan pakaian tradisional, namun terendam air hingga batas dagu lelaki – adapun figur perempuan telah terendam (!). Dari mulut figur lelaki terlihat gelembung-gelembung udara keluar. Pada bagian bawah tertera nama dan logo Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Departemen Perdagangan di bawah pimpinan Mari Elka Pangestu, bersama Indonesia Design Power (IDP) tampak gencar mengangkat isu Ekonomi kreatif, sebagai payung besar dari industri kreatif yang mencakup beragam skala industri. Awal bulan Agustus lalu Departemen ini mengadakan Pameran Ekonomi Kreatif “Indonesia Bisa” 2008 sekaligus di tiga mal besar ibukota. Penggunaan kain penutup sandaran kepala sebagai media iklan memang bukanlah hal baru. Kereta api sudah lama menggunakannya untuk media promosi. Media jenis demikian kini disebut ambient media – berbagai jenis media yang tidak konvensional yang digunakan dengan tujuan ‘menjemput bola’, menjumpai khalayak sasaran di point of contact yang spesifik, sesuai dengan kegiatan yang biasa dilakukan oleh khalayak sasaran. Dari segi penempatan media kain penutup sandaran kepala ini sangat efektif. Karena selama duduk berjam-jam di kereta api, maka tak terhitung berapa kali mata penumpang tertumbuk pada sandaran kepala dari kursi di depan kita itu. Sayangnya media yang sederhana namun ampuh ini tidak dirancang optimal. Bila kita perhatikan desain kain sandaran kepala itu ada beberapa hal yang dapat dipertanyakan: mengapa untuk merepresentasikan produk Indonesia harus menggunakan penanda figur lelaki dan perempuan berpakaian tradisional? Hal ini justeru akan memperkuat citra negatif yang ada dibenak khalayak, atau consumer insight, bahwa produk buatan Indonesia melulu tradisional, kuno, dan tidak mengikuti perkembangan jaman. Tampaknya kita masih sering terjebak oleh perangkap konsep budaya tradisional, bahwa untuk merepresentasikan keindonesiaan harus menggunakan ornamen tradisional, pakaian tradisional, secara eksplisit dan langsung. Kita sering kali mengkotakkan budaya Indonesia sebagai sesuatu yang statis dan tunggal, melupakan kemampuan nenek moyang kita yang secara kreatif mampu menciptakan pemahaman baru akan keindonesiaan yang beragam dan dinamis. Penulis teringat dengan sebuah lomba poster yang diadakan oleh Kementerian Urusan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (UP3DN) pada tahun 1987. Sesuai dengan namanya, lomba ini diadakan untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. Juara pertama lomba ini adalah sebuah poster dengan desain yang sederhana namun sangat komunikatif, judulnya “Buatan Indonesia, Mengapa Tidak?” karya Hanny Kardinata. Desainnya sangat moderen, tidak menggunakan elemen tradisional tertentu kecuali gambar figur seseorang dengan pakaian/jas hitam dan dasi berwarna merah-putih menggenggam tas belanja. Pesan implisit dari poster itu adalah bahwa dengan menggunakan produk dalam negeri pun seseorang dapat tetap tampil eksklusif. Pesan itu tentu akan lebih ampuh apabila konsep perancangan poster tersebut kemudian dikembangkan oleh pemerintah dalam berbagai media komunikasi yang dirancang dengan seksama. Kini pemerintah, khususnya Departemen Perdagangan RI, bersama seluruh unsur masyarakat – termasuk lembaga-lembaga pendidikan tinggi DKV, sesegera mungkin harus meluncurkan kembali kampanye sosial berskala besar dengan tujuan meningkatkan kebanggaan bangsa terhadap produk Nasional. Hal ini menjadi semakin penting bila kita mengingat betapa besar anggaran belanja iklan berbagai brand internasional yang bertujuan untuk meningkatkan hasrat membeli khalayak konsumen di Indonesia. Artinya untuk meluncurkan program Ekonomi Kreatif Indonesia, pemerintah harus melancarkan perang pencitraan melawan demikian banyak brand internasional yang menyerbu pasar Indonesia. Kampanye sosial ini harus dirancang matang mulai dari strategi kreatif hingga strategi media yang ampuh menjangkau khalayak sasaran. Strategi kreatif dirancang dengan tujuan untuk membongkar konsep berpikir konsumen yang bangga akan produk luar negeri – khususnya khalayak sasaran menengah-atas. Hal ini harus dimulai dari hal paling mendasar, yaitu menghapus rasa rendah diri bangsa yang sudah lama tenggelam – sehingga kemudian akan berbalik menjadi bangga menggunakan produk nasional. Bila rasa bangga akan produk nasional mulai tumbuh, maka tak sulit kiranya mengajak publik untuk membeli produk dalam negeri. Tentu saja bagian penting – kalau bukan yang paling penting – dari kampanye ini adalah suri tauladan dari para pemimpin bangsa. (Arief Adityawan S)

Ekonomi Kreatif Indonesia: Sebuah Perang Citra

Beberapa waktu yang lalu penulis menggunakan kereta api ke luar kota. Hal yang menarik pada interior kereta api adalah, seluruh sandaran kepala dari kursi dilapis kain penutup dengan muatan pesan dari Departemen Perdagangan RI. Pada bagian belakang dari kain sandaran kepala itu tertera tulisan “Memakai Produk Sendiri Bukti Kemandirian Bangsa”. Di bawah tulisan itu terlihat gambar dua orang – lelaki dan perempuan (sejenis patung loro-blonyo) – dengan pakaian tradisional, namun terendam air hingga batas dagu lelaki – adapun figur perempuan telah terendam (!). Dari mulut figur lelaki terlihat gelembung-gelembung udara keluar. Pada bagian bawah tertera nama dan logo Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Departemen Perdagangan di bawah pimpinan Mari Elka Pangestu, bersama Indonesia Design Power (IDP) tampak gencar mengangkat isu Ekonomi kreatif, sebagai payung besar dari industri kreatif yang mencakup beragam skala industri. Awal bulan Agustus lalu Departemen ini mengadakan Pameran Ekonomi Kreatif “Indonesia Bisa” 2008 sekaligus di tiga mal besar ibukota.


Penggunaan kain penutup sandaran kepala sebagai media iklan memang bukanlah hal baru. Kereta api sudah lama menggunakannya untuk media promosi. Media jenis demikian kini disebut ambient media – berbagai jenis media yang tidak konvensional yang digunakan dengan tujuan ‘menjemput bola’, menjumpai khalayak sasaran di point of contact yang spesifik, sesuai dengan kegiatan yang biasa dilakukan oleh khalayak sasaran. Dari segi penempatan media kain penutup sandaran kepala ini sangat efektif. Karena selama duduk berjam-jam di kereta api, maka tak terhitung berapa kali mata penumpang tertumbuk pada sandaran kepala dari kursi di depan kita itu. Sayangnya media yang sederhana namun ampuh ini tidak dirancang optimal.
Bila kita perhatikan desain kain sandaran kepala itu ada beberapa hal yang dapat dipertanyakan: mengapa untuk merepresentasikan produk Indonesia harus menggunakan penanda figur lelaki dan perempuan berpakaian tradisional? Hal ini justeru akan memperkuat citra negatif yang ada dibenak khalayak, atau consumer insight, bahwa produk buatan Indonesia melulu tradisional, kuno, dan tidak mengikuti perkembangan jaman. Tampaknya kita masih sering terjebak oleh perangkap konsep budaya tradisional, bahwa untuk merepresentasikan keindonesiaan harus menggunakan ornamen tradisional, pakaian tradisional, secara eksplisit dan langsung. Kita sering kali mengkotakkan budaya Indonesia sebagai sesuatu yang statis dan tunggal, melupakan kemampuan nenek moyang kita yang secara kreatif mampu menciptakan pemahaman baru akan keindonesiaan yang beragam dan dinamis.
Penulis teringat dengan sebuah lomba poster yang diadakan oleh Kementerian Urusan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (UP3DN) pada tahun 1987. Sesuai dengan namanya, lomba ini diadakan untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. Juara pertama lomba ini adalah sebuah poster dengan desain yang sederhana namun sangat komunikatif, judulnya “Buatan Indonesia, Mengapa Tidak?” karya Hanny Kardinata. Desainnya sangat moderen, tidak menggunakan elemen tradisional tertentu kecuali gambar figur seseorang dengan pakaian/jas hitam dan dasi berwarna merah-putih menggenggam tas belanja. Pesan implisit dari poster itu adalah bahwa dengan menggunakan produk dalam negeri pun seseorang dapat tetap tampil eksklusif. Pesan itu tentu akan lebih ampuh apabila konsep perancangan poster tersebut kemudian dikembangkan oleh pemerintah dalam berbagai media komunikasi yang dirancang dengan seksama.

Kini pemerintah, khususnya Departemen Perdagangan RI, bersama seluruh unsur masyarakat – termasuk lembaga-lembaga pendidikan tinggi DKV, sesegera mungkin harus meluncurkan kembali kampanye sosial berskala besar dengan tujuan meningkatkan kebanggaan bangsa terhadap produk Nasional. Hal ini menjadi semakin penting bila kita mengingat betapa besar anggaran belanja iklan berbagai brand internasional yang bertujuan untuk meningkatkan hasrat membeli khalayak konsumen di Indonesia. Artinya untuk meluncurkan program Ekonomi Kreatif Indonesia, pemerintah harus melancarkan perang pencitraan melawan demikian banyak brand internasional yang menyerbu pasar Indonesia. Kampanye sosial ini harus dirancang matang mulai dari strategi kreatif hingga strategi media yang ampuh menjangkau khalayak sasaran. Strategi kreatif dirancang dengan tujuan untuk membongkar konsep berpikir konsumen yang bangga akan produk luar negeri – khususnya khalayak sasaran menengah-atas. Hal ini harus dimulai dari hal paling mendasar, yaitu menghapus rasa rendah diri bangsa yang sudah lama tenggelam – sehingga kemudian akan berbalik menjadi bangga menggunakan produk nasional. Bila rasa bangga akan produk nasional mulai tumbuh, maka tak sulit kiranya mengajak publik untuk membeli produk dalam negeri. Tentu saja bagian penting – kalau bukan yang paling penting – dari kampanye ini adalah suri tauladan dari para pemimpin bangsa.
(Arief Adityawan S)

Cara menampilkan Jam di Blogspot

Lankah-langkahnya
1. buka blog anda
2. buka juga http://www.clocklink.com/3. pilih Gallery
4. pilih jenis-jenis jam, ada analog, animal, animation dll (pilih menurut selera anda)
5. View HTML tag
6. Accept
7. Time Zone diset dulu(kalo indonesia ya GMT +07:00 atau pilih JOG (jogjakarta))
8. HTML nya di select all (yang di atas) kemudian di Ctrl+C (copy) kalo kamu mau nyimpan di notepad juga bisa biar gak ilang.
9. buka blog kamu, eh.. tadi kan sudah terbuka, kelihatan sedikit tuh..
10. masuk ke  .... blog kamu, jangan lupa email n password ya..
11. klik layout
12. klik tambah elemen halaman baru
13. klik yang ada tulisannya HTML/JavaScript, jangan lupa tambahkan ke blog anda
14. beri judaul dulu, mau judulnya Jamku atau jam pacarku terserah
15. tadi nyimpan script di notepad kan?
16. copy itu script n pindahkan ke blog kamu yang di bawah judul
17. kemudian simpan perubahan dech
18. coba lihat blog kamu, ada yang berubah nggak
Modus Baru Perampok Padang, Gunakan Las
Pembongkaran ATM dengan menggunakan alat las merupakan modus baru.

foto ilustrasi  

VIVAnews - Selain bersenjata api, para perampok Automatic Teller Machine (ATM) di kompleks Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera Barat, menggunakan modus baru. Para perampok menggunakan seperangkat alat las untuk membongkar ATM.

"Mereka melakukan pada saat malam hari, terus modusnya dengan cara membongkar box mesin ATM menggunakan las," kata Kepala Bidang Humas Polda Sumatera Barat, Ajun Komisaris Besar Polisi Kawedar saat dihubungi wartawan, Minggu 26 September 2010.

Menurut dia, pembongkaran ATM dengan menggunakan alat las merupakan modus baru. "Biasanya tidak memakai las," kata dia. "Jadi ini modus baru untuk pembongkaran mesin ATM."

Kawedar mengatakan, dalam aksinya para pelaku menggunakan dua mobil. Satu mobil digunakan para pelaku untuk mengangkut kawanan perampok yang bertugas mengawasi sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP). Sementara, satu mobil lainnya digunakan untuk mengangkut seperangkat alat las yang digunakan untuk membongkar mesin ATM.

Dengan modus seperti ini, polisi mengimbau kepada masyarakat untuk segera melapor kepada pihak kepolisian jika melihat ada hal-hal mencurigakan di sekitar mesin ATM. "Jika melihat mobil di ATM ada yang berhenti lama, dan pura-pura memperbaiki ATM, segera laporkan ke polisi," kata dia.

Hingga kini, setidaknya empat perampok Padang tewas tertembak, dua luka-luka, dan dua lainnya kabur. Dalam penangkapan, polisi berhasil menyita sejumlah alat bukti berupa uang tunai Rp202 juta, senjata api FN jenis bareta, beserta 21 pelurunya. "Kemudian alat las, tabung elpiji besar, dan selang," kata dia.
• VIVAnews